Eps 59 : From Curiosity to Rutinity
Hai... masih berkaitan dengan post sebelumnya, aku masih ingin bercerita mengenai pengalaman pertamaku bergabung dengan lingkaran halaqah/liqo. Aku bercerita ke orangtuaku, kalau kegiatanku disini adalah mengikuti acara tersebut tiap minggu, dan sempat mereka khawatir padaku, takut-takut kalau itu adalah kajian yang menyesatkan seperti yang banyak diceritakan tempo itu. Tapi aku meyakinkan bahwa ini bukan lingkaran seperti yang ramai diberitakan, dan insyaAllah aku bisa menjaga diri. Mereka akhirnya percaya dan bersyukur dengan perubahanku.
Aku menyadari bahwa imanku kerapkali naik turun, kadang aku begitu bersemangat beribadah, tetapi kadang saat ada masalah keimananku diuji alias setengah-setengah dalam beribadah. Namun, setelah aku mengikuti kajian ini, ada motivasi tersendiri untuk lebih memperbaiki diri, karena kajian ini menyenangkan, menenangkan pikiran dan hati sekalipun pernah aku merasa malas sekali berangkat kajian karena badan sudah terlalu capek, yah inilah saat imanku sedang turun.
Suatu hari, tiba-tiba MR ku membawa kabar bahagia, bahwa sebentar lagi ia akan melangsungkan pernikahan dan mengundang kami semua, Alhamdulillah.. Lalu, kita yang semuanya adalah perempuan, sibuk bertanya bagaimana awalnya ia ketemu dengan jodohnya, bagaimana ia yakin dengan jodohnya, dan sebagainya. Dan ia pun menceritakan proses taarufnya, ternyata taaruf itu tidak hanya pria dan wanita bertemu lalu menikah, tapi ada prosesnya sendiri. Nah, aku tertarik dengan hal ini, mengingat aku penganut say yes to pacaran sebelumnya HAHAHA...
Proses taaruf diawali dengan saling tukar menukar CV (Curriculum Vitae) itu loh yang selalu kita sertakan dalam melamar pekerjaan, ternyata melamar cara islam juga diperlukan hehe... CV nanti nya akan kita serahkan ke perantara yang akan diserahkan ke masing-masing pihak untuk dipelajari lebih dalam. Ketika sudah setuju, maka dengan bantuan perantara, mereka akan dipertemukan dan berbincang untuk menggali hal-hal yang ada dalam cv atau yang tidak ada dalam cv, jadi mereka tidak akan bertemu berdua saja, melainkan ada pihak ketiga. Setelah sama-sama yakin dan setuju, bisa diputuskanlah rencana untuk menikah. Ini pemahamanku ya.
Jadi bisa saja, mereka belum ada rasa suka atau rasa sayang, tapi sudah sama-sama yakin bahwa ini jodoh terbaik dan memupuk perasaan itu setelah menikah, terdengar lebih indah bukan? Awalnya aku masih bingung dengan hal ini, dan masih merasa ini aneh. Aku renungkan, sepertinya ini lebih baik karena kita tidak akan merasa terluka akibat pacaran lama dan ujungnya gagal (curhat). Mbak MR juga mempersilahkan kalau dari kami ada yang ingin mengajukan proposal, nanti akan dibantu dicarikan, lalu ia mengirimkan contoh form proposal by email.
Aku sempat ingin juga mengirim proposalku dan meminta bantuan, tapi setelah aku baca-baca, aku merasa minder sekali. Banyak bab-bab yang aku baca mengkaji tentang agama dari diriku, ya karena ini cv tentu menceritakan banyak tentang diri sendiri. Aku sadar, aku belum baik. Agamaku pun masih jauh dari kata baik. Itulah yang membuatku mengurungkan diri untuk mengisi dan mengirim proposal. Apalagi mengingat masa laluku, banyak kesalahan yang aku buat, terlebih aku pernah pacaran.
Aku ingin lebih memperbaiki diriku, memperbaiki amalanku, memperbaiki tilawahku, dan sebagainya, terlebih aku belum masak sendiri saat ini..
masih banyak yang aku harus pelajari untuk perbaikan diriku,
semoga suatu saat nanti aku bisa dipertemukan dengan jodohku dengan cara yang dirahmati Allah... entah itu dengan pengajuan proposal atau bukan..
0 komentar: