Eps 43 : Happy Failed 36 Months
Sembilan Tiga Lima Belas, Hari bersejarah? sepertinya.
Hari ini seharusnya kita sedang menghabiskan waktu bersama, makan, main, ketawa-ketiwi, sayangnya.. aku tidak tahu kamu ada dimana sekarang..
Sejak hari itu, kita tidak ada komunikasi dan itu sudah menjadi hal yang sangat amat biasa, aku tidak lagi bawelin kamu yang belum mandi, ngingetin makan, hehe... Sungguh, kuasa Allah, Maha pembolak-balik hati umatnya... Segalanya dapat Ia ubah apabila berkehendak...
Apa aku menyesali? tidak, aku hanya perlu waktu untuk memahami semuanya... Apakah aku meragukan dia? oh bukan, aku tidak ragu sama sekali. Ini bukan tentang keraguan, bukan juga tentang hati yang berpindah, ini hanya tentang hati yang cukup letih, harapan yang menguap, itu saja.
Mungkin ini bukan perkara mudah ketika kamu sudah merasa yakin dengan seseorang, sudah berencana serius, hari bahagia menanti, tapi semua harus berubah secepat ini. Aku pun semakin bersikap seolah tidak terjadi apa-apa, baik-baik saja, padahal aku ingin menangis, tapi sudah tidak bisa. Karena aku yakin, ini yang terbaik untuk saat ini.
Tidakkah aku sedih?
Yah, tidak ada orang yang tidak sedih saat menghadapi hal yang seperti ini, ibarat kata tinggal beberapa step lagi menuju kebahagiaan, tapi Allah mau aku lebih berusaha dan mendekat kepadaNya melalui ujian ini. Yang aku yakini, aku harus kuat, harus berjuang untuk membahagiakan keluargaku daripada memikirkan hal ini.
Silaturahmi dengan keluarganya pun menjadi tidak baik, itu yang aku sesalkan, sungguh mereka sudah kuanggap keluarga sendiri meski kita belum sampai berjumpa lantaran jarak yang begitu jauh.
Adik-adik tersayang yang selalu memanggilku kakak, entah bagaimana kabar kalian sekarang. Kamu sudah berpesan pada mereka untuk tidak menghubungiku lagi meski mereka ingin karena kamu merasa, kamu sudah terlalu membuatku kecewa. Rasanya, hampa. Tidak ada yang bisa menjelaskanku tentang keadaan ini.
Yang aku tahu, kamu selalu ingin aku bahagia, bahkan hanya bahagia saja yang kamu share ke aku, dan aku ingat kamu pernah berkata "kamu ngga perlu tahu tentang apa masalah atau kesedihanku, yang penting kamu harus selalu bahagia". Tapi aku pun ingin tahu apa yang kamu rasakan, bukan menghilang dalam diam seperti ini.. Tidak ada kabar atau ucapan... bahkan kebiasaanmu memberi mawar putih pun sudah menghilang...
Hari ini seharusnya kita sedang menghabiskan waktu bersama, makan, main, ketawa-ketiwi, sayangnya.. aku tidak tahu kamu ada dimana sekarang..
Sejak hari itu, kita tidak ada komunikasi dan itu sudah menjadi hal yang sangat amat biasa, aku tidak lagi bawelin kamu yang belum mandi, ngingetin makan, hehe... Sungguh, kuasa Allah, Maha pembolak-balik hati umatnya... Segalanya dapat Ia ubah apabila berkehendak...
Apa aku menyesali? tidak, aku hanya perlu waktu untuk memahami semuanya... Apakah aku meragukan dia? oh bukan, aku tidak ragu sama sekali. Ini bukan tentang keraguan, bukan juga tentang hati yang berpindah, ini hanya tentang hati yang cukup letih, harapan yang menguap, itu saja.
Mungkin ini bukan perkara mudah ketika kamu sudah merasa yakin dengan seseorang, sudah berencana serius, hari bahagia menanti, tapi semua harus berubah secepat ini. Aku pun semakin bersikap seolah tidak terjadi apa-apa, baik-baik saja, padahal aku ingin menangis, tapi sudah tidak bisa. Karena aku yakin, ini yang terbaik untuk saat ini.
Tidakkah aku sedih?
Yah, tidak ada orang yang tidak sedih saat menghadapi hal yang seperti ini, ibarat kata tinggal beberapa step lagi menuju kebahagiaan, tapi Allah mau aku lebih berusaha dan mendekat kepadaNya melalui ujian ini. Yang aku yakini, aku harus kuat, harus berjuang untuk membahagiakan keluargaku daripada memikirkan hal ini.
Silaturahmi dengan keluarganya pun menjadi tidak baik, itu yang aku sesalkan, sungguh mereka sudah kuanggap keluarga sendiri meski kita belum sampai berjumpa lantaran jarak yang begitu jauh.
Adik-adik tersayang yang selalu memanggilku kakak, entah bagaimana kabar kalian sekarang. Kamu sudah berpesan pada mereka untuk tidak menghubungiku lagi meski mereka ingin karena kamu merasa, kamu sudah terlalu membuatku kecewa. Rasanya, hampa. Tidak ada yang bisa menjelaskanku tentang keadaan ini.
Yang aku tahu, kamu selalu ingin aku bahagia, bahkan hanya bahagia saja yang kamu share ke aku, dan aku ingat kamu pernah berkata "kamu ngga perlu tahu tentang apa masalah atau kesedihanku, yang penting kamu harus selalu bahagia". Tapi aku pun ingin tahu apa yang kamu rasakan, bukan menghilang dalam diam seperti ini.. Tidak ada kabar atau ucapan... bahkan kebiasaanmu memberi mawar putih pun sudah menghilang...
Sudahlah, aku harus menata lagi semuanya, berjalan, hingga waktu akan mengungkap rahasia apa sesungguhnya dibalik semua kejadian saat ini. Baik-baik kamu ai, doaku menyertaimu..
0 komentar: